Jumat, 09 Januari 2009

SBY Telepon Pasukan Garuda


Jakarta. Terjadinya baku tembak antara pasukan Hizbullah Lebanon dengan tentara Israel membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) khawatir. Sebab, saat ini terdapat 1.265 prajurit TNI yang berada di perbatasan Lebanon-Israel. SBY pun kemarin (8/1) menelepon komandan Pasukan Garuda di Lebanon.
Presiden berkomunikasi dengan Komandan Satuan Tugas Pasukan Perdamaian Garuda Letkol Inf R Haryono. SBY menanyakan situasi terkini terkait tembak-menembak antara tentara Hizbullah dan Israel yang terjadi pada Kamis (8/1) sekitar pukul 07.30 waktu setempat.
“Dari posisi kita berapa? Oke, 35 kilometer dari posisi kita,” kata SBY saat menelepon Letkol Haryono di halaman kantor presiden. SBY tidak membuka speaker communicator-nya, sehingga wartawan tidak bisa mendengar suara Haryono.
“Begini Haryono, saya sudah mengerti laporan yang kau sampaikan. Pertama benar yang Haryono instruksikan kepada prajurit untuk menjaga diri meningkatkan keamanan. Kemudian siap dengan contingency, meski tembakan itu tidak terlalu dekat dengan posisi Indonesia,” ujar SBY.
Menurut SBY, meski tembakan tentara Israel ke arah Lebanon belum membahayakan pasukan Indonesia, tetap harus diwaspadai. Bisa saja situasi berkembang tidak terkontrol, sehingga membahayakan. “Ingat, tugas Anda adalah peace keeping. Jadi, berlindung dengan baik agar keselamatan anak-anak terjaga sambil terus menjalankan tugas sebagai peace keeping forces,” tambah SBY.
SBY juga menyampaikan pesan kepada pimpinan UNIFIL, bahwa Jakarta terus memantau perkembangan di Lebanon. “Ketiga, tadi kau melaporkan kepada saya bahwa Dubes Indonesia akan dipanggil Presiden Lebanon Sulaiman. Kalau kau sempat berkomunikasi dengan Dubes, sampaikan agar betul-betul mendengarkan briefing dari Presiden Lebanon dan setiap perkembangan situasi dipahami dengan seksama,” pinta SBY.
Dari Naqoura, Lebanon Selatan, pasukan Garuda benar-benar siaga penuh. Statusnya sekarang dinaikkan menjadi status kuning plus. “Sudah ada perintah agar seluruh unit UNIFIL di lapangan mendeteksi dengan cepat dan mencegah semua aktivitas mencurigakan atau aktivitas permusuhan,” ujar Perwira Penerangan Kontingen Garuda XXVI-A Kapten Laut Hondor Saragih kepada Jawa Pos melalui telepon internasional kemarin (8/1).
Hondor menjelaskan, ada konsep operasi untuk menjaga enam titik di sepanjang sungai Litani. Pasukan Garuda juga berkoordinasi dengan Lebanese Armed Force (LAF). “Kami mengamankan daerah 15 kilometer dari Blue Line atau pagar pembatas antara Lebanon dengan Israel dan memeriksa secara rutin tempat peluncuran roket lama dan kemungkinan peluncuran roket baru,” kata Hondor.
Kontingen Garuda XXVI-A yang tergabung dalam misi UNIFIL telah menyiapkan Quick Reaction Team (QRT) atau Tim Reaksi Cepat untuk mendukung UNIFIL. Dengan menggunakan kendaran tempur VAB, Tim Reaksi Cepat Kontingen Garuda XXVI-A berpatroli dengan perimeter 500 m dari luar camp bersama Tim Reaksi Cepat Italia.
Kontingen Garuda XXVI-A juga melaksanakan latihan masuk shelter atau tempat perlindungan yang terbuat dari beton, di Camp Sudirman, Lebanon. “Latihan dilaksanakan secara mendadak dengan diawali bunyi sirine dengan diikuti suara shelter…shelter…shelter,” jelasnya. Di dalam terdapat makanan dan minuman cadangan selama tiga hari.
Apabila status siaga berubah menjadi merah atau hitam, setiap prajurit harus masuk shelter menggunakan helm dan jaket anti peluru. Dalam status siaga merah atau hitam itu, persenjataan utama tiap satuan harus siap untuk digunakan secepatnya. “Juga tidak ada perjalanan kecuali untuk kepentingan operasional yang sangat penting dan hanya boleh dilakukan personel bersenjata,” katanya. (tom/rdl/oki)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar